Dengan adanya integrasi antara industri halal dengan keuangan syariah, sektor keuangan syariah dapat menyediakan fasilitas dan pembiayaan UMKM industri halal, cluster industri halal daerah, serta pembukaan pasar baru tujuan ekspor produk halal Indone

Bandung (ANTARA) - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) terus mendorong digitalisasi, salah satunya dengan mendukung industri financial technology (fintech) sebagai upaya untuk menguatkan halal value chain atau rantai nilai halal Indonesia.

Di sela- sela acara Muslim LifeFair 2022 di Bandung Convention Center, Bandung, Jumat, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat mengatakan digitalisasi seperti fintech berpeluang besar untuk menguatkan rantai nilai halal di Tanah Air.

“Fintech berperan penting dalam pembiayaan untuk pembangunan kawasan industri halal serta memberikan modal terhadap para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” kata Emir.

Ia mengatakan, fintech juga bisa berkontribusi dalam pembiayaan berbasis ekspor dan pembiayaan infrastruktur seperti di bidang logistik dan transportasi untuk kebutuhan pelaku UMKM.

Ia mengestimasikan market share industri halal nasional saat ini sekitar 39 persen di tingkat global, yang mana masih memiliki peluang pasar ekspor sebesar 61 persen atau senilai 139 juta dolar AS.

Dengan peluang tersebut, menurut dia, fintech di Tanah Air memiliki potensi besar untuk membantu pembiayaan UMKM yang termasuk dalam rantai nilai halal.

“Dengan adanya integrasi antara industri halal dengan keuangan syariah, sektor keuangan syariah dapat menyediakan fasilitas dan pembiayaan UMKM industri halal, cluster industri halal daerah, serta pembukaan pasar baru tujuan ekspor produk halal Indonesia,” kata Emir.

Dalam kesempatan ini, ia berharap penyelenggaraan Muslim LifeFair Bandung 2022 dapat memaksimalkan potensi industri halal khususnya sektor UMKM, sehingga dapat mewujudkan Indonesia menjadi pusat produsen halal dunia.

Sementara, Deputi Direktur Inkubasi Bisnis Syariah KNEKS Helma Agustiawan mengatakan pihaknya sedang melakukan uji coba untuk mendorong UMKM di dalam negeri masuk ke dalam ekosistem digital.

“Yang kita maksud dengan ekosistem digital itu adalah semua proses bisnis UMKM itu masuk ke dalam digitalisasi, mulai dari point of sales, pencatatan transaksinya, sampai dia menjualnya di website sendiri,” kata Helma.

Melalui ekosistem digital, nantinya ia berharap pelaku UMKM dapat bertemu dengan pelaku industri fintech, sehingga akan tercipta kerja sama dalam hal pembiayaan.

“UMKM kedepannya tidak lagi harus punya aset fisik, karena dengan aset digital, mulai dari transaksi dan stoknya ada di dalam ekosistem digital itu,” kata Helam.

Adapun, Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Yusuf Wijaya mengatakan industri fintech syariah Tanah Air memiliki potensi yang besar dan pihaknya optimistis industri halal nasional dapat menembus peringkat pertama di tingkat global pada 2023.

Adapun, State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2022 melaporkan industri halal Indonesia saat ini berada diperingkat ke empat, di bawah Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

“Peluang industri syariah sangat besar, ini momen fintech untuk aktif membangun perekonomian nasional,” kata Ronald.

Baca juga: KNEKS dorong pelaku UMKM "go global" lewat Muslim LifeFair 2022

Baca juga: KNEKS terus dorong UMKM naik kelas dan bersaing di tingkat global

Baca juga: KNEKS dukung penguatan rantai nilai halal di Indonesia

Baca juga: KNEKS: Indeks literasi ekonomi syariah Indonesia 23,3 persen di 2022

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022